Bismillah.
Kita sebagai muslim tentu telah mengikrarkan dua kalimat syahadat. Kita juga selalu mendengar dua kalimat syahadat itu dikumandangkan setiap kali masuk waktu sholat lima waktu. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah. Itulah makna dari kedua kalimat syahadat yang kita ucapkan.
Ya, ringan untuk diucapkan tetapi mengandung makna yang sangat dalam. Persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Allah merupakan pernyataan tentang keyakinan kaum beriman bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Inilah yang biasa disebut oleh ulama dengan istilah tauhid uluhiyah; yaitu mengesakan Allah dalam hal ibadah. Artinya kita menujukan ibadah kepada Allah semata dan meninggalkan sesembahan selain-Nya.
Adapun persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah berisi pernyataan sikap kita sebagai hamba Allah bahwa kita mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewujudkan nilai-nilai penghambaan kepada-Nya. Tidak ada jalan bagi kita untuk beribadah kecuali jalan yang ditempuh dan diajarkan oleh beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Makna dari kedua kalimat syahadat itu pun mengisyaratkan terhadap dua syarat diterimanya ibadah; bahwa ibadah harus ikhlas karena Allah dan sesuai dengan ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini pula yang tercakup dalam ayat Allah (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Amal tidaklah disebut sebagai amal salih kecuali apabila sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan tidak dikatakan ikhlas kecuali apabila bersih dari syirik. Dengan demikian setiap hari kita selalu menetapkan di dalam hati kita bahwa segala bentuk ibadah kita itu harus ikhlas untuk Allah dan harus bersih dari kotoran riya’, ujub, sum’ah, syirik, dsb. Sebagaimana kita juga menetapkan di dalam jiwa bahwa kita tidak akan mendahulukan pendapat dan ketetapan tokoh mana pun di atas sabda dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak sedikit orang yang mengaku muslim tetapi telah menodai kedua kalimat syahadatnya. Bisa jadi dia sholat dan bersedekah tetapi mungkin sholat dan sekedahnya kurang ikhlas. Bisa jadi dia berdakwah atau membantu sesama tetapi cara-caranya menyelisihi jalan yang digariskan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kita tentu ingat, bahwa Islam tidak mengenal kaidah sesat yang mengatakan bahwa ‘tujuan menghalalkan segala cara’. Kita juga tidak mengenal prinsip gadungan yang meneriakkan ‘yang penting ‘kan niatnya’. Kita juga sangat tidak mengenal keyakinan yang mengklaim bahwa semua agama membawa ke surga.
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menentang rasul itu dan mengikuti selain jalan kaum beriman, niscaya Kami akan membiarkan dia terombang-ambing dalam kesesatan yang dia pilih, dan Kami akan masukkan dia ke dalam Jahannam, dan sungguh Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat kembali.” (an-Nisaa’ : 115)
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya, dan di akhirat dia pasti akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (Ali ‘Imran : 85)
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka benar-benar Allah haramkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang zalim itu sedikit pun penolong.” (al-Maa-idah : 72)
Anda muslim? Ya. Semestinya kita konsekuen dengan kandungan dua kalimat syahadat ini…
—